Di luar kekalahan 1-3 dari Swansea City pada duel pungkasan Januari 2018, kubu Arsenal sepertinya mendapatkan paket kebahagiaan dalam satu-dua pekan terakhir.
Arsenal melakoni tiga langkah vital yang membuat skuat mereka bergairah pada bursa transfer musim dingin ini.
Pertama, The Gunners melepas Alexis Sanchez ke Manchester United, tetapi mengikat Henrikh Mkhitaryan sebagai alat barter yang rancak.
Meski mengalami kesulitan di Man United, Mkhitaryan dianggap substitusi layak buat Sanchez.
"Henrikh pemain yang sangat komplet. Dia punya segala atribut yang dibutuhkan klub," kata pelatih Arsene Wenger, dikutip BolaSport.com dari Independent.
Langkah penting kedua ialah memperpanjang kontrak Mesut Oezil.
Sang playmaker jagoan ditambah ikatannya 3,5 tahun lagi, sekaligus mengempaskan rumor yang mengabarkan soal rencana dia meninggalkan Arsenal.
(Baca Juga: Termasuk Aubameyang, Ini Daftar 10 Pemain Termahal Arsenal Sepanjang Masa)
Manuver penting ketiga tentu soal pemecahan rekor transfer termahal The Gunners dengan membeli Pierre-Emerick Aubameyang seharga Rp 1,06 triliun dari Borussia Dortmund.
Kehadiran Aubameyang memberikan opa Wenger gacoan baru yang bisa membuatnya semakin anteng di Arsenal, atau malah menghadirkan masalah.
Kalau dipandang dari mata awam seperti saya misalnya, kehadiran striker Gabon berusia 28 tahun itu berpotensi mendatangkan karunia ketajaman dahsyat.
Akan tetapi, di sisi lain kreasi Wenger bakal amat diuji agar kehadiran Aubameyang di lini depan justru tidak menimbulkan perkara runyam.
Kemunculan Pierre-Emerick Aubameyang dan Henrikh Mkhitaryan pada bursa transfer Januari ini menjadikan lini serang Arsenal unik.
Bayangkan, mereka kini jadi punya paket dua playmaker bertipe nomor 10 (Oezil-Mkhitaryan) dan dua penyerang tengah berkarakter nomor 9 (Lacazette-Aubameyang) sekaligus!
Keempatnya bisa dibilang memiliki kualitas tak jauh berbeda.
Andai mampu menggabungkan bakat-bakat besar tersebut secara tepat guna, The Gunners bakal diberkahi lini depan luar biasa tajam dan kreatif.
(Baca Juga: Dari Giuseppe Meazza hingga Alexis Sanchez: Karena Pemain Ingin Dimengerti)
Media-media luar sudah ada yang menyebut mereka kuartet LMAO (Lacazette-Mkhitaryan-Aubameyang-Oezil), yang dalam kamus per-chatting-an berarti "tertawa terbahak-bahak".
Atas dasar kearifan lokal, saya menyebut keempat gacoan anyar Wenger itu kuartet MOAL (Mkhitaryan-Oezil-Aubameyang-Lacazette). Moal dalam bahasa Sunda berarti "tidak akan".
Arsenal memang moal gentar beradu ketajaman dengan rival lain di papan atas andaikan Miki-Oezil-Auba-Lacazette bisa berpadu harmonis dalam skema Wenger.
Yang layak dinantikan tinggal bagaimana sang manajer meracik komposisi empat bumbu lezat itu melebur jadi sajian nikmat di lapangan.
Bagaimana bayangan Wenger jika memainkan Mkhitaryan-Oezil-Aubameyang-Lacazette bersamaan dalam susunan pemain awal laga?
Tentu kapasitas saya ini cuma menebak karena isi kepala Yang Mulia Wenger kadang sulit diprediksi.
Di Liga Inggris musim ini, pelatih berusia 68 tahun itu memainkan berbagai formasi sebagai pedoman awal, seperti 3-4-2-1, 4-2-3-1, hingga 4-1-4-1.
Bagaimana dengan adanya kuartet MOAL di lapangan?
Kelihatannya komposisi empat pemain serang dalam pola 4-2-3-1 bisa menjadi opsi pertama.
Menurut data Opta yang dikutip BolaSport.com, sebanyak 97 dari 98 gol Aubameyang di Liga Jerman tercipta dari dalam kotak penalti.
Artinya, dia memang amat cocok dipasang sebagai target man. Penyerang tengah utama. Predator kotak penalti.
Dalam pola 4-2-3-1, Aubameyang disokong Mkhitaryan sebagai gelandang serang sayap dan Lacazette menempati flank sektor peninggalan Alexis Sanchez di sisi berlawanan.
Sementara Oezil kembali ke posisi idealnya sebagai gelandang serang tengah.
Sistem ini juga memungkinkan Auba-Lacazette konstan bertukar posisi.
Demi mempertahankan tempat di susunan utama tim, Lacazette bukan tak mungkin harus menyesuaikan diri dengan dicarikan peran baru guna menyusur sisi kiri.
Itu mah biarlah Wenger yang mencari solusinya.
Namun, skema itu berarti Wenger harus menanggalkan format tiga bek yang selama ini jadi favoritnya.
Kalau ingin ajek menggeber sistem tiga pemain bertahan, pola 3-4-2-1 tetap bisa dipertahankan.
Aubameyang tetap ditopang Oezil dan Lacazette di belakangnya, dengan perbedaan Mkhitaryan ditarik agak mundur sebagai gelandang box-to-box di tengah.
"Henrikh biasanya bermain melebar dan menikmati peran sebagai winger atau playmaker, tapi dia juga bisa menjadi pemain antarlini," ucap Wenger mengamininya, kepada Metro.
Hanya, jika sistem tersebut jadi pilihan, ada dilema lain karena satu posisi tersisa di pos gelandang sentral akan diperebutkan tiga pemain sekaligus: Granit Xhaka, Aaron Ramsey, dan Jack Wilshere.
Belum lagi ada Mohamed Elneny. Lagi-lagi ini biar Wenger yang memikirkannya.
Melihat pergerakan Mkhitaryan dalam debutnya saat Arsenal ditekuk Swansea, bisa muncul pula ide menggiurkan menempatkan pemain Armenia itu di sektor kiri penyerangan yang biasa ditempati Alexis.
Kans menempatkan Miki di kiri, Aubameyang, dan Lacazette sebagai trio lini depan juga tetap terbuka.
Dengan formasi ini, Oezil yang ditarik ke belakang dalam pola tiga gelandang 4-3-3.
Kalau mau drastis, Wenger juga bisa saja menduetkan Aubameyang dengan Lacazette di depan dalam sistem dua penyerang 4-4-2 beserta variannya, 4-3-1-2, 4-1-3-2, hingga 3-5-2.
Melihat rekam jejaknya, strategi memainkan duet bomber ini sudah jarang dilakoni Wenger.
Squawka mencatat bahwa skema tersebut terakhir dipakainya pada Februari 2016.
Namun, opsi ini bukan tak mungkin juga ditempuh karena Aubameyang pun pernah berduet dengan sesama penyerang tengah murni di Dortmund, Robert Lewandowski.
Jika 4-4-2 flat dipasang, Oezil dan Miki-lah yang bakal ditugaskan menusuk pertahanan musuh dari kedua sisi sayap lapangan.
Risikonya, sektor full-back The Gunners terancam terekspos saat musuh menjalankan serangan balik.
Adapun bila 4-3-1-2 atau 4-4-2 diamond yang dipilih, Oezil bisa berdiri di belakang duet Auba-Lacazette, sedangkan Miki lebih mundur ke tengah.
Sistem mana yang bakal dipakai? Sekali lagi, ini cuma tebak-tebakan karena Paduka Wenger jelas yang paling tahu kondisi skuatnya dengan amunisi berlimpah itu.
Bahayanya, kalau kuartet MOAL gagal bersinergi secara baik, ada kemungkinan Arsenal juga moal bisa mengatasi ketertinggalan dari lima tim di atasnya pada klasemen Liga Inggris.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Squawka.com, metro.co.uk, independent.co.uk, twitter.com/Optajoe, ESPN.com |
Komentar