Penguasaan terhadap bola pernah menjadi susunan anak tangga pasti yang menuntun sebuah tim kepada kenikmatan juara. Memegang Tabloid BOLA pun seperti lintasan bebas hambatan pencinta sepak bola menuju surga wawasan dan gagasan.
Usang, kuno, ketingggalan zaman. Tahun 2018 dirasa bukan momen yang tepat untuk mengagungkan strategi permainan berbasis penguasaan bola.
Jarang memegang bola tak lagi bermakna nestapa. “Umpan ke Kylian,” demikian bunyi salah satu kalimat sakti pelatih Prancis, Didier Deschamps, di jeda babak partai final Piala Dunia 2018 versus Kroasia.
Deschamps meminta agar anak didiknya mengoper ke si pelari supercepat, Kylian Mbappe, saat berada dalam situasi terdesak.
Sudah pasti, pelatih yang akrab disapa Didi itu ingin memaksimalkan transisi, istilah masa kini untuk menyebut serangan balik cepat.
Taktik Prancis berujung manis. Les Bleus menggelar pesta juara di Rusia 2018 tanpa perlu banyak menguasai bola dan mantap menunggangi kendaraan bernama transisi.
Berlama-lama dengan bola tak lagi penting. Bagaimana jika empat abjad pembentuk kata bola saya ganti semua dengan huruf kapital menjadi BOLA?
Oke. Kalimatnya bakal berubah menjadi seperti ini: Berlama-lama dengan BOLA tak lagi penting.
Penggila bola Nusantara, apalagi generasi 1990-an, tentu paham maksud saya. Bola dan BOLA adalah satu kesatuan yang nyaris tak terpisahkan.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | The Guardian, Football Italia |
Komentar