Saya merujuk kepada Tabloid BOLA, bacaan kesayangan saya sedari bocah, sampai saya mewujudkan mimpi sebagai bagian dari redaksinya, sampai pula ikut ambil bagian menerbitkan edisi terakhir dari media yang bermarkas di Palmerah ini pada Jumat, 26 Oktober 2018.
BOLA menyudahi pengabdian sebagai media cetak per 26 Oktober 2018, saat usianya 34 tahun.
Benarkah orang memang sudah semakin malas berlama-lama dengan BOLA? Ternyata tidak semua.
Begitu kabar Tabloid BOLA mau pamitan tersiar, media sosial dibanjiri oleh simpati, ekspresi, bahkan elegi.
Tanda pagar #terimakasihtabloidBOLA sempat menjadi trending topic di Twitter.
“Saya rutin beli BOLA tiap minggu, seminggu dua kali. Saya dapat info bola dari tabloid ini dan saya lebih percaya berita di tabloid ini dibanding di medsos,” kata pembaca BOLA dengan akun Twitter @patoinsta7.
Pastikan BOLA di tangan Anda. Itulah jargon yang digemakan Tabloid BOLA pada rentang 1997 sampai 2009.
(Baca Juga: Edisi Terakhir Tabloid BOLA, Terbit Hari Ini)
Memegang dan membaca BOLA adalah jalan ke gudang wawasan dan gagasan.
Tiba-tiba saya bisa mengoceh panjang lebar bak komentator sepak bola andal di ruang kelas sekolah dasar begitu membaca analisis khas jurnalis BOLA seperti Weshley Hutagalung, Sapto Haryo Rajasa, dan Dwi Widijatmiko, figur panutan yang tak pernah saya sangka bakal menjadi rekan kerja saya.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | The Guardian, Football Italia |
Komentar