"Saya tekankan kepada mereka, saya benar olahraga, tidak macam-macam. Ketika Juli 2016 ada event, saya minta ibu saya datang. Dari sana, ibu-ayah, dan keluarga besar ibu dan ayah mendukung saya. Dari situ, mereka men-suport saya."
Dari cabang basket kursi roda, Ngurah merasakan perubahan positif. Kepercayaan dirinya mulai muncul.
"Tadinya bertemu dengan banyak orang malu. Di Solo saya lebih pede lagi. Di Bali saya sebenarnya masih agak minder sedikit sama tetangga. Saat pulang lebaran, tetangga main ke rumah dan mengatakan, 'Hebat kamu sekarang'. Saya ucapkan terima kasih," aku Ngurah.
Setelah Asian Para Games, Ngurah dan sesama atlet basket kursi roda lainnya membentuk klub di daerah masing-masing dan membuat liga.
"Donald sudah buat tim Jakarta Swift Wheelchair Basketball untuk anak usia 10-15 tahun. Saya juga ingin mengikuti Asian Para Games 2022," ucap Ngurah.
Ngurah juga berharap Pemerintah memberikan dukungan kepada atlet difabel dan memikirkan masa depan mereka.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar