Ini adalah pencapaian yang lebih luas yang --meski harus kehilangan gelar Liga Inggris karena direbut Manchester City-- membuat musim ini sukses besar bagi pelatih Liverpool, tak peduli apa yang terjadi ketika bertemu Tottenham di final Liga Champions nanti.
Filosofi Juergen Klopp
Menarik membandingkan Juergen Klopp dengan Carlo Ancelotti, yang pada 2015 menjadi pesaing sebagai kandidat pelatih Liverpool.
Kala itu, Carlo Ancelotti mempresentasikan kepada para pemilik Liverpool Fenway Sports Group, daftar belanja 3 pemain bintang di lini pertahanan, tengah, dan serangan.
Menurut Carlo Ancelotti, 3 pemain bintang itu diperlukan untuk mengangkat The Reds yang lelah berada dalam mediokritas papan tengah klasemen (sedang-sedang saja).
Sedangkan Juergen Klopp mempresentasikan kepada orang-orang Amerika Serikat pemilik Liverpool itu dalam pertemuan di New York bahwa hal utama yang harus dilakukan adalah "mengaktifkan keramaian", bukan membuang uang untuk belanja bintang.
Baik ketika di Mainz maupun Dortmund, Juergen Klopp telah belajar bahwa ikatan yang kuat antara penggemar dan pemain --sebagai tujuan terpadu-- dapat mendorong sebuah tim ke batas teratas kemampuannya dan kadang-kadang melampaui.
Menurut Juergen Klopp, taktik dan sistem itu memang penting, tetapi Liverpool hanya bisa kembali menjadi kekuatan di Inggris dan Eropa jika dapat memanfaatkan energi spesial yang mereka hasilkan.
Baca Juga:
Playoffs NBA 2019 - Menang Dramatis, Raptors Jajaki Final Wilayah Timur
Editor | : | Taufik Batubara |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar