Ya, selain Wang/Huang, satu pasangan yang kerap menyulitkan Praveen/Melati adalah Zheng/Huang, dengan rekor pertemuan 0-5.
Pertemuan yang paling membekas tentu terjadi pada laga semifinal All England Open 2019 lalu. Kala itu Praveen/Melati nyaris menang sebelum kalah rubber game, 21-13, 20-22, 13-21.
"Sebetulnya sayang, progresnya sudah ada, tinggal melewati batas ini, batas mereka bisa juara, rasa percaya diri mereka akan lebih tinggi," ungkap Susy.
"Kami tahu ada beberapa lawan yang mainnya kurang pas sama mereka. Misalnya yang mainnya cepat, mungkin agak nggak 'ngikut'. Melati harus bisa melatih diri supaya lebih gesit, lebih lincah, penguasaan lapangan harus diperbanyak. Pemain putri pasti diincar lawan kalau di ganda campuran."
Baca Juga: Tunggal Putri Denmark Anggap European Games 2019 seperti Mini Olimpiade
"Yang menjadi 'penyakit' kan banyak buang poin sendiri, matinya bukan karena dibunuh, tapi mati sendiri. Harus saling mengingatkan, asal masuk dulu shuttlecock-nya, jangan buru-buru, jangan terlalu nafsu ingin mematikan lawan, main safe dulu,"
"Di perempat final, di semifinal bisa, kok di final nggak bisa? Ini terjadi sudah tiga kali di final, harus tahu, kesalahannya di mana? Kami tetap kasih masukan dan mendampingi, tapi tetap semua harus ada kemauan dari atletnya, toh kalau juara kan juga untuk atlet," kata peraih medali emas Olimpiade 1992 tersebut.
Baca Juga: Son Wan-ho Diprediksi Bakal Comeback pada November 2019
Susy sendiri mengaku akan bekerja sama dengan Kepala Pelatih ganda campuran PBSI, Richard Mainaky, untuk melakukan evaluasi besar demi mengamankan dua tiket ganda campuran pada Olimpiade Tokyo 2020.
Selain Praveen/Melati, Indonesia juga berpeluang mengirimsatu wakil ganda campuran lewat nama Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja, yang kini bertengger di peringkat keenam dunia.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Badminton Indonesia |
Komentar