Selain menjadi gelar juara dunia pertama, titel tersebut juga diraih melalui perjuangan epik hingga titik darah penghabisan.
Sempat tertinggal 18-20 pada gim ketiga dari Xu Chen/Ma Jin, Tontowi/Liliyana membalikkan keadaan dan menjadi juara dunia bersama untuk pertama kalinya.
Owi/Butet membuka laga final kontra wakil China tersebut dengan kemenangan yang terbilang mudah pada gim kesatu, 21-13.
Akan tetapi, momentum ini tidak berlanjut pada gim berikutnya.
Meski sempat unggul, pada akhirnya Xu/Ma mampu berbalik memimpin skor dan memenangi gim kedua dengan skor 21-16.
Pertarungan hidup mati Tontowi/Liliyana dan Xu/Ma baru betul-betul terjadi pada gim ketiga.
Pada gim penentuan itu, kedua pasangan terus terlibat aksi kejar poin dari awal hingga akhir.
Baca Juga: Wacanakan Mundur dari Pelatnas, PB Djarum Tawarkan Tontowi Ahmad Main Profesional
Xu/Ma yang menempati posisi unggulan teratas sebetulnya punya peluang besar menjadi juara dunia setelah meraih match point dalam kedudukan 20-18.
Namun, Tontowi/Liliyana belum menyerah.
Bak cerita superhero, Owi/Butet membalikkan keadaan dengan memetik empat poin berikutnya secara beruntun.
Tontowi/Liliyana pun menang dengan skor akhir 21-13, 16-21, 22-20 untuk menjadi juara dunia BWF 2013.
Laga terbaik Tontowi Ahmad bersama Liliyana Natsir versi BolaSport.com jatuh ke pertandingan final Olimpiade Rio 2016.
Meski cuma diunggulkan di urutan ketiga, di bawah Zhang Nan/Zhao Yunlei (China) dan Ko Sung-hyun/Kim Ha-na (Korea Selatan), Tontowi/Liliyana mampu membuktikan bahwa kelas mereka saat itu lebih baik dibanding pasangan ganda campuran manapun.
Usai mengandaskan perlawanan pasangan unggulan teratas, Zhang/Zhao, dengan skor 21-16, 21-15 pada semifinal, Owi/Butet menuntaskan mimpi mereka dengan mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) pada laga final.
Tontowi/Liliyana menang atas Chan/Goh dengan skor 21-14, 21-12.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Berencana Mundur dari Pelatnas PBSI pada Bulan Depan
Dalam konferensi pers melalui aplikasi Zoom, Tontowi menilai keberhasilannya dan Liliyana pada Olimpiade Rio 2016 turut dibantu keberuntungan.
"Saat Olimpiade, kami hoki (beruntung) bisa menang jauh. Biasanya main rubber game," ucap Tontowi.
"Tidak ada penyesalan meski belum dapat Piala Sudirman karena sudah menjadi juara dunia, All England Open, dan Olimpiade," kata sosok kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, 32 tahun lalu itu.
Editor | : | Diya Farida Purnawangsuni |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar