Artinya, kelar melakoni satu pertandingan, mereka punya jeda 19 hari sebelum bertanding lagi di partai berikutnya!
Adapun Bayern melakoni satu partai per 10 hari.
????????
Every team that advanced to the Semi Finals had a much easier schedule leading up to the Quarter Finals.
Stats via Italian Footballers' Association president @17tommasi#OptusSport #UCL pic.twitter.com/9Z57QYCKYy
— Optus Sport (@OptusSport) August 16, 2020
Kemewahan inilah yang tak dimiliki klub-klub Premier League, LaLiga, dan Serie A.
Tenaga mereka diperas secara konstan selama dua bulan terakhir untuk mengejar deadline penyelesaian liga dari UEFA.
Di Liga Spanyol, Atletico dan Barcelona harus melalui rata-rata satu laga setiap 5 hari.
Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Semuanya gara-gara Pep Guardiola (1)
Belum lagi Barca harus selalu berada dalam mode tempur karena bersaing sengit dengan Real Madrid sampai pekan-pekan terakhir.
Sementara itu, Atalanta dan Man City menjalani satu pertandingan setiap 4-5 hari, tepatnya 4,28 hari.
Terlepas dari kegagalan implikasi taktik, merosotnya kondisi fisik pemain nyata berpengaruh terhadap performa keseluruhan.
Kecuali Barca yang mengalami kehancuran dari Bayern, semua hasil pertandingan perempat final kemarin baru ditentukan oleh gol-gol krusial di 10 menit akhir laga.
Mental, fisik, dan konsentrasi skuad Atletico, Man City, serta Atalanta kedodoran saat dipaksa menerima tekanan konstan menjelang menit-menit akhir.
Baca Juga: Andrea Pirlo ke Juventus: Bukan Gambling, melainkan Planning (2)
Ini diakui jelas oleh pelatih Atalanta, Gian Piero Gasperini, yang menjadi korban comeback PSG lewat dua gol pada menit 90-93.
"Kebobolan menit-menit akhir jelas menyakitkan. Pada akhir laga yang sangat sulit dan melelahkan ini, saya hanya bisa berterima kasih kepada pemain," ujarnya.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | espn.com, football-italia.net, optus.com.au |
Komentar