BOLASPORT.COM - Mantan bek Manchester United, Rafael da Silva, mengingatkan soal pelecehan rasial Luis Suarez dan kemarahan Patrice Evra.
Patrice Evra dan Luis Suarez sempat terlibat perselisihan dalam laga Manchester United kontra Liverpool di Liga Inggris pada 2011.
Luis Suarez, yang saat itu masih memperkuat Liverpool, dinyatakan bersalah atas pelecehan yang dilakukannya terhadap mantan bek Manchester United, Patrice Evra.
Dia menggunakan kata-kata yang menghina, termasuk merujuk pada warna kulit sang bek, dalam pertandingan di Anfield pada Oktober tahun itu.
Baca Juga: Uruguay Bikin Rekor Jeblok Usai Luis Suarez dkk Tak Becus Cetak Gol dalam 3 Laga Beruntun
Akibatnya, Suarez mendapatkan larangan bermain selama delapan pertandingan setelah dinyatakan bersalah atas tindakan rasialisme itu.
Mantan rekan setim Evra, Rafael da Silva, kembali mengingatkan kejadian tersebut dan menilai pembelaan Suarez sebagai sesuatu yang konyol.
Rafael juga mengungkapkan momen ketika Evra benar-benar dibuat marah oleh Suarez usai insiden itu.
Dalam buku autobiografi yang ditulis bersama saudara kembarnya Fabio, Rafael mengungkapkan bahwa dia percaya konfrontasi verbal Suarez terhadap Evra pada saat itu adalah pelecehan rasial.
Rafael mengeklaim bahwa Suarez sebenarnya tahu bagaimana reaksi Evra ketika dia menggunakan kata-kata ofensif saat bentrok dengan pemain asal Prancis tersebut.
Namun, Suarez membela diri dengan mengatakan bahwa frasa yang diucapkannya merupakan bahasa sehari-hari Amerika Selatan.
Baca Juga: Patrice Evra: Legenda Arsenal Saja Tak Sudi Nonton saat Granit Xhaka Jadi Kapten
"Ada beberapa hal yang tidak masuk akal dan gagasan bahwa kata-kata Suarez seharusnya dianggap sebagai kata-kata yang ramah adalah konyol," kata Rafael dalam autobiografinya, dikutip BolaSport.com dari Mirror.
"Itu adalah penghinaan dan akan dianggap seperti itu di lapangan sepak bola mana pun, atau jalan mana pun, di dunia."
"Satu pembelaan adalah bahwa itu dikatakan dalam bahasa Spanyol. Nah, Patrice berbicara bahasa Spanyol."
"Apakah dia (Suarez) menganggap Patrice hanya bisa berbicara bahasa Prancis dan Inggris?"
"Tentu saja semuanya menjadi jauh lebih sulit karena itu adalah Liverpool dan Manchester United, persaingan terbesar di Inggris dan salah satu yang paling bermusuhan."
"Yang benar adalah itu seharusnya tidak terjadi di pertandingan apa pun."
"Itu adalah sikap yang jelas salah dan jika seseorang bersalah, hukum mereka," ujarnya lagi.
Suarez, yang terus menyatakan dirinya tidak bersalah, memicu kemarahan lagi ketika kedua tim bertemu di Old Trafford beberapa bulan kemudian.
Baca Juga: Perekrutan Sergio Aguero Bukti Barcelona Petik Pelajaran dari Kasus Luis Suarez
Pasalnya, saat itu Suarez menolak untuk menjabat tangan Evra, yang menurut Rafael sudah berusaha berbesar hati.
"Patrice telah memutuskan untuk mengambil sikap berbesar hati dengan mengesampingkan harga dirinya, dia menawarkan jabat tangan saat tim Liverpool berjalan melewati kami sebelum kick-off," tutur Rafael.
"Ketika Suarez melakukan apa yang dia perbuat dan menolak berjabat tangan, Patrice sangat marah."
"Dia tidak menunjukkannya dengan jelas, tetapi kami mengenalnya, kami tahu bagaimana perasaannya."
"Saya juga marah. Saya sangat marah. Bagaimana Suarez bisa melakukan hal itu? Itu mengejutkan," kata pemain yang kini memperkuat klub Turki, Istanbul Basaksehir.
Pada Mei 2020, Evra mengatakan bahwa dirinya telah memaafkan pemain Uruguay itu.
Namun, dia tak akan pernah bisa melupakan bagaimana dirinya mendapatkan ancaman dari para penggemar yang mendukung Suarez.
"Manchester United menerima begitu banyak surat ancaman untuk saya," kata Evra, dilansir BolaSport.com dari UTD Podcast.
Baca Juga: Liverpool Akhirnya Meminta Maaf ke Evra atas Kasus Rasisme Suarez
"Orang-orang berkata: 'Kami di penjara, kami penggemar Liverpool. Ketika keluar, kami akan membunuh Anda dan keluarga'."
"Selama dua bulan, saya dikawal petugas keamanan di mana pun saya berada. Mereka tidur di depan rumah saya."
"Ke mana pun saya pergi, petugas keamanan mengikuti saya. Itu adalah masa yang sulit, tetapi saya tidak takut. Keluarga saya takut, istri dan saudara saya takut, tetapi saya tidak."
"Saya tidak mengerti mengapa orang begitu membenci saya. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi," ucap Evra mengakhiri.
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Mirror, UTD Podcast |
Komentar