Baca berita tanpa iklan. Gabung Bolasport.com+

Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kisah Sadio Mane, Pesepak Bola Rendah Hati yang Dicintai Berkat Kedermawanannya

By Khasan Rochmad - Sabtu, 25 Juni 2022 | 06:45 WIB
Sadio Mane ketika merayakan golnya untuk timnas Senegal.
TWITTER.COM/OPTUSSPORT
Sadio Mane ketika merayakan golnya untuk timnas Senegal.

BOLASPORT.COM - Nama besar yang dimiliki Sadio Mane tak membuatnya jemawa dan tinggi hati. Mane dikenal sebagai pesepak bola rendah hati dan dermawan.

Siapa yang tidak mengenal nama Sadio Mane. Pria kelahiran Senegal ini punya nama mentereng di jagat sepak bola.

Catatan prestasi individual maupun medali bersama tim dari berbagai ajang bergengsi telah masuk ke dalam rapor sepak bolanya.

Karier yang menanjak bersama klub raksasa Liga Inggris, Liverpool, tak membuat Mane menjadi tinggi hati.

Sadio Mane dikenal sebagai pesepak bola yang memiliki sifat rendah hati dan dermawan.

Harta yang dimiliki Mane tak hanya menjadi konsumsi pribadinya melainkan juga disisihkan untuk membangun kampung halamannya di Senegal.

Kini Mane tengah menapaki jalan baru dengan berganti dari jersei Liverpool ke tim raksasa Bundesliga, Bayern Muenchen.

Pada usia yang telah mencapai 30 tahun, Mane memilih mencari tantangan baru di Jerman bersama Bayern Muenchen.

Baca Juga: Stefano Pioli Sudah Tak Sabar untuk Mulai Musim Baru Bersama AC Milan

Mencintai Sepak Bola Sejak Usia Belia

Sadio Mane lahir di desa kecil bernama Bambali. Desa tersebut terletak di kota Sedhiou yang berada di sebelah selatan negara Senegal.

Saat masih kecil, Sadio Mane tinggal di rumah pamannya karena ketidakmampuan orang tua Mane untuk memenuhi kebutuhan dasar.

Faktor memiliki banyak anak juga membuat orang tua Mane terpaksa menitipkan sang putra ke rumah pamannya tersebut.

"Orang tua saya tidak pernah punya uang untuk mengirim saya ke sekolah," kata Mane, dikutip BolaSport.com dari Life Bogger.

"Setiap pagi dan sore, saya selalu pergi bermain sepak bola dengan teman saya di jalanan."

"Ketika saya masih muda, saya hanya memikirkan Liga Inggris yang saya tonton di TV. Hanya Liga Inggris, itu adalah mimpi besar bagi saya."

"Sejak saya berusia dua atau tiga tahun, saya selalu ingat bersama bola. Saya akan melihat anak-anak bermain di jalan dan akan bergabung dengan mereka."

Baca Juga: Kiper Termahal Dunia Bandingkan Gaya Melatih Thomas Tuchel dan Frank Lampard

"Begitu cara saya memulai, hanya di jalan raya. Ketika saya semakin besar, saya akan pergi menonton pertandingan, terutama ketika tim nasional bermain."

"Saya ingin melihat pahlawan saya dan membayangkan diri saya sebagai mereka," ujar Mane melanjutkan.

Momen Mane memutuskan untuk menekuni sepak bola adalah ketika keikutsertaan timnas Senegal dalam pergelaran Piala Dunia 2002.

Dalam partisipasinya yang pertama tersebut, Senegal berhasil mengalahkan timnas Prancis pada laga pembuka Piala Dunia 2002.

Padahal, saat itu Prancis berstatus juara bertahan usai memenangi Piala Dunia 1998 dan juga merupakan juara EURO 2000 sehingga diprediksi bakal menang mudah melawan tim debutan.

Akan tetapi, hal tersebut meleset dan Prancis mengakhiri turnamen sebagai juru kunci grup. Les Bleus berada di bawah timnas Denmark dan timnas Uruguay.

Sementara itu, Senegal mampu melaju jauh hingga babak perempat final Piala Dunia 2002.

Namun, Senegal takluk 0-1 dari timnas Turki.

Baca Juga: Fabio Cannavaro Sarankan Paulo Dybala ke Napoli ketimbang ke Inter Milan

Ditentang Bermain Sepak Bola hingga Mampu Berangkat ke Eropa

Mane menuturkan bahwa momen keberhasilan Senegal di Piala Dunia 2002 membuat dirinya menaruh mimpi sebagai pesepak bola profesional.

Sadio Mane percaya bahwa menjadi pesepak bola adalah satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kesuksesan.

Namun, dirinya sempat mendapatkan penolakan dari keluarga yang bukan pencinta sepak bola.

Keluarga Mane menginginkannya untuk lebih fokus terhadap agama. Pasalnya, ayah Mane merupakan seorang imam masjid di daerah tersebut.

Ayah Sadio Mane meninggal saat Mane berusia 11 tahun karena menderita penyakit.

Saat itu, tak ada dokter di desa Mane dan perjalanan ke rumah sakit memakan waktu yang lama sebab jaraknya jauh.

"Setelah Piala Dunia, saya dan teman-teman saya mulai mengadakan turnamen di desa kami," kata Mane.

"Saya semakin bertekad untuk menjadi yang terbaik dan memenangi setiap pertandingan.

"Semua orang mengatakan pada saya bahwa saya adalah yang terbaik di desa, tetapi keluarga saya bukan anggota sepak bola.

Baca Juga: Juru Transfer Liverpool Membelot ke Rival, Chelsea dan Man United Siap Tampung

"Ketika mereka dapat melihat bahwa di kepala dan hati saya hanya ada sepak bola, saya mulai meyakinkan mereka."

"Terutama paman saya, untuk membiarkan saya pergi dari desa ke kota setempat untuk belajar lebih banyak sebelum pergi ke kota Dakar utama, ibu kota Senegal," ujar Mane menambahkan.

Paman Mane akhirnya luluh dengan tekad yang ditunjukkan oleh Mane dan mengizinkan sang keponakan untuk pergi ke kota Dakar menimba ilmu.

Para keluarga dan tetangga Mane tak hanya memberi dukungan semata melainkan juga dengan biaya.

Mereka rela menjual hasil panen dari pertanian untuk membiayai Mane pergi ke Dakar.

Semuanya berharap Mane bisa memiliki kesempatan untuk mewujudkan cita-cita menjadi pesepak bola profesional.

Baca Juga: Bayern Muenchen Klaim Mampu Jinakkan Lewandowski, Barcelona Kecewa

Diremehkan hingga Jadi yang Terbaik dan Pergi ke Prancis

Mane datang ke sebuah klub paling terkenal di kota Dakar bernama Generasion Foot. Ia datang dengan pakaian seadanya.

Hal tersebut membuatnya diremehkan sebab dianggap tak serius. Namun, Mane membuktikan bahwa dirinya membawa kualitas individu yang mumpuni.

Selama dua musim, Mane mampu menunjukkan kemampuannya dengan mencetak 90 gol hanya dalam 131 penampilan.

Bak gayung bersambut, penampilannya tersebut memukau pemandu bakat asal Prancis yang sedang menelusuri bakat bocah-bocah miskin, tetapi bertalenta di pelosok Senegal.

Kemampuan Mane ini bisa disebut sebagai anugerah sekaligus penyelamat bagi dirinya dan keluarganya.

Dalam tim tersebut, Mane adalah pemuda termiskin, tetapi memiliki kemampuan terhebat dibandingkan dengan yang lainnya.

Akhirnya, Mane diboyong pada tahun 2011 ke Prancis untuk dimasukkan ke tim muda FC Metz.

Baca Juga: Kiper Termahal Dunia Bandingkan Gaya Melatih Thomas Tuchel dan Frank Lampard

Dari Prancis hingga ke Jerman

Karier Mane dimulai ketika usianya 19 tahun dengan FC Metz memercayainya mengisi lini serang tim utama.

Dua musim membela Metz, Mane diminati oleh klub asal Austria, RB Salzburg, yang pada saat itu mempunyai Direktur Teknik Ralf Rangnick.

Bersama Salzburg, Mane bermain selama dua musim dengan torehan 45 gol dan 32 assist dalam 87 penampilan.

Ketajaman Mane ini membuat dirinya menjadi rebutan tim-tim di bursa transfer musim panas 2014.

Bahkan pelatih Liverpool, Juergen Klopp, sempat ingin merekrut Mane saat masih melatih Borussia Dortmund pada tahun 2014.

Saat itu, Klopp tengah mencari pengganti Robert Lewandowski dan Mario Goetze yang hengkang ke Bayern Muenchen.

Namun, pada akhirnya klub asal Liga Inggris, Southampton, yang memenangi perebutan Mane dan berhasil mendatangkan sang winger pada 2014.

Baca Juga: Semasa di Juventus, Higuain Selalu Tahan Perut Tiap Sesi Foto

Dua musim di Southampton, Mane berkembang menjadi pemain pendatang baru di Liga Inggris yang tajam.

Mane bahkan pernah mencatatkan rekor sebagai pencetak hat-trick tercepat di Liga Inggris dengan waktu 176 detik saat melawan Aston Villa.

Klopp, yang akhirnya menukangi Liverpool, benar-benar menginginkan Mane untuk mengisi skuadnya dalam proyek pembangunan tim.

Bersama Liverpool, karier Mane benar-benar mencapai puncaknya dengan berhasil mempersembahkan berbagai gelar bagi The Reds.

Catatan 120 gol dan 48 assist dalam 269 penampilan di semua ajang jadi bukti ketajaman Mane bersama tim asal Merseyside.

Bersama Roberto Firmino dan Mohamed Salah, Mane membentuk trisula ikonik yang mematikan di Eropa.

Dalam penghargaan individu, Mane berhasil terpilih sebagai African Football Player of the Year 2019.

Penghargaan tersebut berhasil diraih Mane setelah mengantarkan Liverpool menjuarai Liga Champions serta menggondol penghargaan sepatu emas sebagai pencetak gol terbanyak Liga Inggris musim 2018-2019 berkat torehan 22 gol.

Baca Juga: Kontraknya Diperpanjang, Rodrygo Masuk Daftar Manusia Rp15 Triliun di Real Madrid

Selain itu, Mane juga mampu membawa Senegal menjadi finalis Piala Afrika 2019.

Pada tahun 2022, Mane berhasil mengangkat trofi Piala Afrika pertama dalam sejarah Senegal.

Kini, Mane siap memulai tantangan baru bersama Bayern Muenchen setelah memutuskan hengkang dari Liverpool.

Kisah Kedermawanan Mane dalam Membangun Desanya

Mane adalah pemain yang tak silau dengan kehidupan mewah seperti halnya pesepak bola lain yang hidup glamor.

Gaji yang didapatkan Mane dari bermain sepak bola dialokasikan olehnya untuk membangun desanya.

Hal ini Mane lakukan sebagai balas budi atas apa yang telah dilakukan oleh warga di desanya dalam memberikan dukungan di perjalanan kariernya.

Baca Juga: Paulo Dybala Punya Riwayat Cedera, Inter Milan Siapkan Rumusan Ampuh soal Gaji

Tahun 2019, kesuksesan Mane mengantarkan Liverpool menjuarai Liga Champions membuatnya tak lupa berderma.

Mane menyumbangkan 250 ribu pounds atau sekitar Rp4,5 miliar untuk pembangunan sekolah di Bambali.

Saat dunia dihantam pandemi COVID-19 pada tahun 2020, Mane juga membantu pemerintah Senegal.

Mane memberikan sumbangan untuk mencegah penularan dan penyebaran virus tersebut dengan uang senilai 41 ribu pounds (sekitar Rp74 juta).

Tak sampai di situ, pada tahun 2021, Mane juga ikut mendanai dibangunnya rumah sakit di kampung halamannya.

Mane menyadari bahwa ayahnya dahulu meninggal sebab ketiadaan akses medis dan rumah sakit.

Terbaru, Mane memberikan bantuan berupa perangkat elektronik gratis di sebuah sekolah menengah di Senegal.

Baca Juga: Oliver Kahn Masih Percaya Robert Lewandowski Bertahan di Bayern Muenchen

Di kampung halaman Sadio Mane kini bisa mengakses jaringan internet dengan baik berkat bantuan dari Mane.

Mane juga memberi setiap keluarga uang 70 euro (sekitar Rp1 juta) setiap bulannya dan pakaian gratis kepada anak-anak.

Apa yang dibangun Mane di kampung halamannya ini tengah mengubah desanya menjadi seperti sebuah kota.

Keberhasilan Mane adalah wujud dari kedermawanannya dan tak lupa dari mana dirinya berasal.

Mane akan dikenang sebagai pesepak bola yang andal di atas lapangan dan berprestasi.

Sadio Mane juga bakal diingat sebagai manusia dermawan yang membantu sesama manusia untuk mencapai kesejahteraan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Septian Tambunan
Sumber : Theguardian.com, Liverpoolecho.co.uk, Lifebogger.com, Bigissue.com
REKOMENDASI HARI INI

Jadwal Diubah, Pelatih Bali United: Kami Mengerti karena PSSI Mau Bantu Persib

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Klasemen

Klub
D
P
1
Liverpool
12
31
2
Man City
12
23
3
Chelsea
12
22
4
Arsenal
12
22
5
Brighton
12
22
6
Tottenham
12
19
7
Nottm Forest
12
19
8
Aston Villa
12
19
9
Newcastle
11
18
10
Fulham
12
18
Klub
D
P
1
Persebaya
11
24
2
Persib
11
23
3
Borneo
11
21
4
Bali United
11
20
5
Persija Jakarta
11
18
6
PSM
11
18
7
PSBS Biak
11
18
8
Arema
11
18
9
Persita
11
18
10
Persik
11
15
Klub
D
P
1
Barcelona
14
34
2
Real Madrid
13
30
3
Atlético Madrid
14
29
4
Villarreal
13
25
5
Athletic Club
14
23
6
Osasuna
14
22
7
Girona
14
21
8
Mallorca
14
21
9
Real Betis
14
20
10
Real Sociedad
14
18
Klub
D
P
1
Napoli
13
29
2
Atalanta
13
28
3
Inter
13
28
4
Fiorentina
13
28
5
Lazio
13
28
6
Juventus
13
25
7
Milan
12
19
8
Bologna
12
18
9
Udinese
12
16
10
Empoli
12
15
Pos
Pembalap
Poin
1
J. Martin
404
2
F. Bagnaia
388
3
M. Marquez
320
4
E. Bastianini
320
5
B. Binder
183
6
P. Acosta
181
7
M. Viñales
163
8
F. Morbidelli
140
9
F. Di Giannantonio
139
10
A. Espargaro
136