Negara-negara ASEAN memperlakukan turnamen Piala AFF atau SEA Games layaknya Piala Dunia yang menggunakan segala cara di lapangan untuk diakui sebagai "jago kampung" alias juara.
Target juara adalah barang jamak di lingkungan federasi sepak bola Asia Tenggara, tanpa adanya perbaikan menyeluruh di level akar rumput.
Tindakan lancung dan tak mengindahkan nilai fair play kerap terjadi di turnamen antarnegara ASEAN, seperti kasus Indonesia melawan Thailand di Piala Tiger 1998.
Kasus pengaturan skor juga kerap terjadi, salah satunya kasus tertangkapnya tiga orang fixer yang terbukti mengatur hasil pertandingan SEA Games 2015 di Singapura.
Mundur jauh pada tahun 2007, enam pemain Timnas Vietnam didakwa atas kasus pengaturan skor yang mereka lakukan pada SEA Games 2005.
Di level klub, ada kasus yang menimpa klub Liga Vietnam pada musim 2014, di mana 13 pemain Vissai Ninh Binh didakwa melakukan pengaturan skor di Piala AFC.
Pada 2017, 22 pemain Laos dan Kamboja dijatuhi larangan bermain seumur hidup usai terlibat dalam kasus pengaturan hasil laga Lao Toyota FC.
Negara sekuat Thailand pun tak kebal dari kasus match fixing usai 15 pemain, ofisial, dan wasit dihukum penjara karena kasus pengaturan skor di Liga Thailand.
Setahun berselang, sepak bola Indonesia juga pernah mengalami kejadian serupa yang menyeret sejumlah pejabat tinggi PSSI.
Tentu negara-negara yang disebutkan diatas sudah mulai berbenah setelah kejadian memalukan itu, meski masih punya sederet pekerjaan rumah agar lolos ke Piala Dunia.
Laos sudah berhasil menembus final Piala AFF U-19 2022, sementara klub asal Kamboja dua kali berhasil mengalahkan juara Liga Indonesia, Bali United.
Sementara Thailand berhasil membentuk liga yang punya tata kelola terbaik di Asia Tenggara.
Vietnam saat ini menikmati periode keemasan bersama Park Hang-seo, sementara Indonesia sedang dalam periode transisi di bawah Luis Milla dan dalam proses penyempurnaan oleh Shin Tae-yong.
Pertanyaan yang tersisa, kapan tim-tim ASEAN bakal jadi juara Piala Asia atau setidaknya lolos ke Piala Dunia level senior?
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar