BOLASPORT.COM - Pelatih Chelsea, Graham Potter, menepis anggapn kalau dia kurang galak demi membela timnya saat melawan West Ham United.
Kontroversi mewarnai duel Chelsea dan West Ham United pada pekan 23 Liga Inggris musim 2022-2023.
Dalam pertandingan di London Stadium itu, kedua tim bermain imbang 1-1.
The Blues unggul lebih dulu lewat gol Joao Felix pada menit ke-16.
Kegembiraan Chelsea tersebut hanya berlangsung 12 menit.
Eks pemain Chelsea, Emerson Palmieri mampu menyamakan kedudukan 1-1 pada menit ke-28.
Pada menit-menit akhir, terjadi sebuah momen yang membuat Chelsea terindikasi layak mendapatkan penalti.
Baca Juga: Arsenal Vs Man City - Erling Haaland Cs Ditunggu 1 Rekor Langka dan Nikmatnya Puncak Klasemen
Pemain West Ham, Tomas Soucek, menghalangi bola tembakan datar Conor Gallagher dengan tangan kirinya.
Namun, wasit yang bertugas di laga itu, Craig Pawson, tak menganggap tim tamu layak mendapatkan hadiah penalti.
Pawson juga tidak meninjau ulang insiden itu melalui Video Assistant Referee (VAR).
Pelatih Chelsea, Graham Potter, hanya menanggapi keputusan itu dengan sindiran kepada si pengadil pertandingan.
"Itu penyelamatan yang baik. Anda butuh kiper Anda untuk membantu mendapatkan poin," kata Potter, dikutip BolaSport.com dari Sky Sports.
"Tak ada gunanya bagi saya untuk berbicara. Jika penalti diberikan, hasil akhir bisa berubah,” ucap Potter menambahkan.
Sikap Potter itu menjadi pembahasan pandit sepak bola.
Baca Juga: Penakluk PSG Bingung setelah Cetak Gol Penting, Kenapa?
Eks pemain Chelsea, Joe Cole, menilai mantan pelatih Brighton & Hove Albion itu seharusnya lebih keras bereaksi.
Pendapat senada diungkapkan eks pemain Arsenal, Martin Keown.
Keown menyebut Potter terlalu baik dan seharusnya menunjukkan kemarahannya.
Opini-opini itu sampai ke kuping Graham Potter.
Pelatih berusia 47 tahun itu membantah anggapan bahwa dirinya kurang garang.
Potter juga mengatakan bahwa kariernya sebagai pelatih tidak akan membawanya melatih klub elite seperti Chelsea dengan hanya mengandalkan sikap ramah.
“Tentu saja saya bisa marah. Saya juga manusia seperti kalian semua. Hanya saya memilih bersikap sesuai dengan yang saya anggap benar,” kata Potter melanjutkan.
“Menurut saya pemberitaan soal saya tidak bisa marah datang dari media yang sama yang membahas soal masalah wasit di level akar rumput. Mereka tidak melihat hubungan dua topik ini.”
“Menurut saya, wajar kalau kita sesekali marah. Di saat yang sama saya punya tanggung jawab kepada diri sendiri, Chelsea, dan pertandingan untuk bersikap yang tepat sesuai pendapat saya dan bukan orang lain.”
“Saya memulai karier sebagai pelatih dari divisi sembilan dan sekarang ada di tahap melatih klub sekelas Chelsea dan bisa tampil di Liga Champions.”
“Kalau Anda mengira saya bisa sampai level ini karena bermodal sikap baik atau tidak pernah marah, saya bisa bilang Anda tidak kenal saya yang sebenarnya,” tutur pelatih asal Inggris tersebut mengakhiri.
Graham Potter tidak punya banyak waktu berkutat dengan pendapat tentang dirinya.
Ia akan mendampingi Chelsea melakoni laga leg 1 babak 16 besar Liga Champions melawan Borussia Dortmund di Signal Iduna Park, Rabu (15/2/2023) atau Kamis pukul 03.00 WIB.
Editor | : | Bonifasius Anggit Putra Pratama |
Sumber | : | Sky Sports, talkSPORT |
Komentar