BOLASPORT.COM - Kekuatan mental sejak lama menjadi kekuatan Marc Marquez. Akan tetapi, krisis berkepanjangan dan sebuah reaksi tidak terduga membuat karakter unik dari Si Alien menjadi dipertanyakan eksistensinya.
Sulit untuk meragukan bagaimana kekuatan mental turut berperan dalam kesuksesan besar Marc Marquez hingga akhirnya mendapatkan delapan gelar juara dunia.
Siapa yang bisa membantah ketika Marquez tetap berulang kali membuktikan ambisinya tetap bersinar di tengah tekanan yang besar, baik dari luar maupun dari dalam.
Menjuarai kelas utama MotoGP pada musim pertama sebagai rekan setim pembalap bintang, Dani Pedrosa, dan mengulanginya lagi pada musim keduanya, check.
Mengatasi perang urat syaraf dengan jawara balap lainnya, termasuk "intimidasi" dari Valentino Rossi dan penggemarnya, check.
Menang balapan tiga kali dalam semusim setelah mengalami cedera panjang yang mengancam karier balapnya, check.
Bahkan ketika motornya kepayahan, Marquez seperti menemukan cara untuk tetap bersaing di depan dan menciptakan peluangnya sendiri untuk menang.
Akan tetapi, semuanya seperti berubah pada musim ini ketika Marquez menghadapi tembok yang hampir mustahil untuk ditembusnya.
Sebuah kalimat spontan dari mulut Marquez jelang balapan MotoGP Inggris pada akhir pekan lalu pun makin membuat publik bertanya-tanya apakah dia sudah berubah.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Komentar