Ini diperumit dengan penerapan penuh aturan batas tekanan ban untuk pertama kalinya, lintasan yang penuh dengan titik pengereman berat, dan cuaca yang relatif panas.
Alhasil, dari ketertinggalan tipis di tikungan pertama, Binder kedodoran sampai akhirnya tercipta gap 2,056 detik saat akhir sprint dan 5,191 detik saat akhir balapan.
Mengutip Motorsport Magazine, gap 5,1 detik menjadi selisih terbesar dalam balapan MotoGP musim ini dan juga bagi Bagnaia sepanjang kariernya.
Bagnaia bukannya tanpa masalah walau paling depan. Dia mengaku tekanan ban depannya masih melewati batas ideal sehingga motornya lebih sulit dikendarai.
Meski begitu, Bagnaia tetap konsisten bak metronom. Dia mampu menjaga pace di bawah 1 menit 31 detik sampai lap ke-21 sedangkan Binder sudah turun sejak lap ke-17.
Konsistensi pula yang membedakan sang juara bertahan dengan dua pembalap motor Ducati lainnya yang ikut menghuni peringkat tiga besar klasemen yaitu Jorge Martin (Prima Pramac) dan Marco Bezzecchi (VR46).
Dalam 10 lomba terakhir (termasuk dengan sprint) di MotoGP, Bagnaia menang lima kali dan cuma sekali finis di luar posisi dua besar.
Bagi ukuran pembalap yang potensi juaranya kerap dipertanyakan karena sering jatuh sendiri, ini jelas merupakan pertanda hadirnya prestasi emas berikutnya.
Para rival pun ragu ada pembalap yang bisa menandingi Bagnaia yang saat ini memiliki tabungan 62 poin atas rival terdekat di puncak klasemen sementara.
Baca Juga: Fenomena Menang atau Bubar Bagnaia Bikin Pengamat MotoGP Garuk-Garuk Kepala
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar