BOLASPORT.COM - Kurang diapresiasinya kemampuan Francesco Bagnaia dan Jorge Martin sebagai dua pembalap paling mendominasi pada MotoGP saat ini mendapatkan sorotan.
Adalah pembalap veteran, Aleix Espargaro, yang mengatakannya.
Francesco Bagnaia, dari tim Ducati Lenovo, dan Jorge Martin, dari tim Prima Pramac, begitu sulit untuk ditandingi sejak musim lalu.
Musim ini kecepatan keduanya makin menjadi.
Dari 16 balapan grand prix yang telah berjalan, 11 di antaranya dimenangi oleh dua rider dengan motor Ducati Desmosedici GP24 itu.
Statistik serupa juga berlaku untuk balapan sprint. Artinya, lebih dari 68 persen kemenangan di MotoGP dikuasai oleh 2 pembalap dari 22 yang rutin berlomba.
"Saya mengatakannya di setiap balapan," kata Espargaro seperti dilansir dari Motorsport.
"Kita tidak memberi kredit yang cukup atas apa yang ditunjukkan oleh Martin dan Bagnaia," imbuh pembalap tim Aprilia tersebut.
Dominasi Ducati di MotoGP membuat lesatan Bagnaia dan Martin tak jarang dianggap murni karena faktor kuda besi yang lebih mumpuni.
Baca Juga: Marc Marquez Sedang Sangar-sangarnya, Bos Ducati Wajib Percaya Padanya untuk MotoGP 2025
Motor Ducati baru kebetulan memang sedang menjadi kekuatan utama. Tiga besar klasemen dikuasai oleh pembalap bermotor Desmosedici GP24.
Ini menjadi kebalikan dari motor Ducati tahun lalu (GP23) di mana Marc Marquez (Gresini Racing) selaku lakon utama disanjung karena membuat perbedaan yang besar.
Saat Marquez konsisten bersaing untuk posisi tiga besar, pembalap GP23 lainnya kepayahan untuk sekadar menembus lima besar.
Espargaro merasa ada faktor kebintangan yang mempengaruhi penilaian publik terhadap Martin dan Bagnaia.
Dibandingkan Marquez yang telah menjadi bintang berkat prestasi tinggi dan kontroversi dengan Valentino Rossi, dua jawara masa kini jelas kalah.
Bagnaia bukan sosok yang gemar membuat kehebohan, berbeda 180 derajat dengan Rossi selaku mentornya di akademi.
Justru Martin yang lebih bisa memainkan sosok antagonis dengan kepercayaan diri yang tinggi. Namun, magnetnya masih belum sebanding dengan Marquez.
"Mereka bukan bintang media seperti Marc dan Valentino dulu," kata Espargaro lagi.
"Namun, level Jorge dan Pecco di lintasan sekarang itu brutal. Kita cukup melihat kembali balapannya dan menganalisis semua yang mereka lakukan."
Baca Juga: MotoGP Australia 2024 - Susahnya Mematahkan Rekor Valentino Rossi
Kombinasi Sempurna
Melansir dari Motorsport Magazine, kesuksesan Bagnaia dan Martin untuk mengungguli rival-rivalnya tidak terlepas dari adaptasi yang baik dengan ban belakang Michelin.
Penyedia tunggal ban MotoGP tersebut menghadirkan ban belakang dengan grip alias daya cengkeram yang lebih kuat.
Bagnaia dapat memanfaatkan grip ekstra untuk mengerem dengan jarak tempuh sekecil mungkin saat akan menyerang ke tikungan.
Juara bertahan MotoGP back-to-back itu menghentikan motornya dengan mendorong ban belakang ke depan sehingga terlihat meluncur ke entri tikungan dengan posisi sejajar.
Mengerem sembari mengarahkan kuda besi ke apex. Inilah kunci Bagnaia dapat menusuk ke entri tikungan dengan kecepatan tinggi.
Sementara Martin kebalikannya karena dia mengambil margin saat keluar dari tikungan.
Sensitivitas yang tinggi dengan grip ban belakang membantunya untuk melesat keluar dari tikungan dengan semulus dan secepat mungkin.
Martin mampu merasakan kapan ban mengalami spin (berputar di tempat sehingga motor kehilangan traksi) dan mengatur posisi tubuh agar roda segera 'menggigit' aspal.
Keunggulan Martin dan Bagnaia terjaga setelah Ducati berhasil memaksimalkan grip ekstra dari ban belakang baru Michelin dengan motor GP24.
Grip ban belakang yang lebih besar membuat ban depan kurang menempel dengan aspal saat pengereman sehingga potensi selip lebih besar.
Bagnaia dan Martin tetap berhadapan dengan risiko. Makin kencang mereka melaju makin mudah mereka untuk terjatuh.
Bagnaia bahkan lima kali terjatuh sendiri saat balapan atau sprint hingga belum kembali lagi ke puncak klasemen meski paling sering menang.
Kini, 10 poin yang memisahkan Martin dan Bagnaia menciptakan persaingan yang panas menuju takhta juara dunia.
Dengan sisa 4 seri menuju garis akhir, kesalahan sekecil apapun pantang untuk dilakukan sambil terus menjaga margin keunggulan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Motorsport.com, Motorsportmagazine.com |
Komentar