Meski memecat Guidotti lebih awal dari kontrak yang seharusnya baru berakhir pada 2025, Beirer menagaskan bahwa mereka tetap menjalin hubungan baik dengannya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Francesco atas semua yang dia berikan hingga hari terakhir," kata Beirer.
"Dia meninggalkan kami sebagai teman. Dan siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" tandasnya.
Meski begitu, pemecatan Guidotti mengundang banyak kritikan dari berbagai pihak.
Dua eks pembalap yang beralih menjadi pundit, Michael Laverty dan Neil Hodgson, sepakat menganggap Guidotti hanya dijadikan kambing hitam atas kegagalan KTM.
KTM masih kewalahan untuk menyaingi Ducati, bahkan dengan tim satelit pabrikan Borgo Panigale sekali pun. Mereka juga mengalami puasa kemenangan grand prix sejak 2022.
"Dia adalah salah satu yang terbaik," kata Laverty dalam analisisnya di TNT Sports, dikutip Bolasport dari Crash.net.
"Saya mendengar dari banyak teknisi berkualifikasi tinggi bahwa dia adalah yang terbaik yang pernah bekerja bersama mereka. Jadi, ini mengejutkan dari KTM."
"Saya mengibaratkannya dengan tim Liga Primer Inggris yang harus menunjuk seseorang ketika hasil yang diharapkan tidak datang, dan biasanya manajerlah yang mendapat sasaran."
"Francesco telah dijadikan kambing hitam. Bola telah jatuh di kakinya, dia menendangnya dengan baik, bekerja dengan peralatan yang dimilikinya, dan melakukan pekerjaan yang hebat."
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Paddock-GP.com, Crash.net, Speedweek.com |
Komentar