BOLASPORT.COM - KTM dianggap mengkambinghitamkan Francesco Guidotti setelah memecat mantan manajer tim Pramac Racing itu lebih awal dari kontrak.
Francesco Guidotti seharusnya terikat kontrak dengan KTM hingga 2025. Alhasil, keputusan KTM untuk memecatnya menyisakan banyak spekulasi.
Direktur Motorsport KTM, Pit Beirer, angkat bicara tentang keputusannya untuk menyudahi kerja sama dengan pria asal Italia itu.
Menurut Beirer, rapor Guidotti selama memimpin KTM dakam dua musim terakhir kurang bagus.
Angan-angan pabrikan asal Mattighofen untuk mendapatkan banyak manfaat dari mendatangkan mantan manajer tim satelit Ducati itu ternyata tidak sesuai yang diharapkan.
Baca Juga: Marc Marquez Akui Kagok Gabung Ducati tapi Pemeran Utamanya Pecco Bagnaia
"Dia tidak benar-benar membawa kesuksesan yang kami inginkan, karena banyak detail-detail kecil," ujar Beirer dikutip Bolasport dari Paddock-GP.
KTM menunjuk kepala tim partner mereka di Moto2 dan Moto3 yaitu Aki Ajo sebagai pengganti. Ajo pernah menaungi pembalap top dari Pedro Acosta hingga Marc Marquez.
"Sekarang kami memilih Aki Ajo sebagai penggantinya," tukas Beirer.
"Dia adalah orang yang sangat dekat dengan para pembalap dan dapat memberikan saran yang sangat bagus tentang apa yang harus dilakukan di lintasan," tukasnya.
Meski memecat Guidotti lebih awal dari kontrak yang seharusnya baru berakhir pada 2025, Beirer menagaskan bahwa mereka tetap menjalin hubungan baik dengannya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Francesco atas semua yang dia berikan hingga hari terakhir," kata Beirer.
"Dia meninggalkan kami sebagai teman. Dan siapa yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan?" tandasnya.
Meski begitu, pemecatan Guidotti mengundang banyak kritikan dari berbagai pihak.
Dua eks pembalap yang beralih menjadi pundit, Michael Laverty dan Neil Hodgson, sepakat menganggap Guidotti hanya dijadikan kambing hitam atas kegagalan KTM.
KTM masih kewalahan untuk menyaingi Ducati, bahkan dengan tim satelit pabrikan Borgo Panigale sekali pun. Mereka juga mengalami puasa kemenangan grand prix sejak 2022.
"Dia adalah salah satu yang terbaik," kata Laverty dalam analisisnya di TNT Sports, dikutip Bolasport dari Crash.net.
"Saya mendengar dari banyak teknisi berkualifikasi tinggi bahwa dia adalah yang terbaik yang pernah bekerja bersama mereka. Jadi, ini mengejutkan dari KTM."
"Saya mengibaratkannya dengan tim Liga Primer Inggris yang harus menunjuk seseorang ketika hasil yang diharapkan tidak datang, dan biasanya manajerlah yang mendapat sasaran."
"Francesco telah dijadikan kambing hitam. Bola telah jatuh di kakinya, dia menendangnya dengan baik, bekerja dengan peralatan yang dimilikinya, dan melakukan pekerjaan yang hebat."
"Dia komunikator yang baik dan melakukan segala hal dengan benar demi persepsi publik terhadap KTM.
"Saya tidak suka, saya tidak suka dia dipindah satu tahun lebih awal padahal dia punya kontrak sampai 2025. Jelas KTM harus membayarnya dari kontrak itu."
Laverty menekankan pada pengganti Guidotti, Aki Ajo yang menurutnya tidak akan membawa dampak yang berbeda.
"Saya tidak melihat logika di baliknya. Ajo adalah manajer tim yang terampil, tetapi saya tidak melihat hal itu akan membuat perbedaan pada hasil di trek."
"Saya tidak melihat bagaimana mendatangkan Ajo akan memberikan hasil beberapa sepersepuluh detik mereka yang hilang," ucap Laverty.
Adapun Neil Hodgson, sudah hafal dengan tabiat KTM. Pabrikan Austria itu sudah mendapat reputasi kejam dengan personel mereka.
Salah satu yang kontroversial adalah ketika pembalap tim satelit Tech3, Danilo Petrucci dan Iker Lecuona, diadu untuk kursi yang akhirnya diberikan kepada pembalap junior.
Cara KTM hanya memberi kesempatan semusim kepada Juara Dunia Moto2 2021 yaitu Remy Gardner di kelas para raja juga mendapat kritik.
"Tapi itulah yang telah kita lihat dari KTM sebagai pabrikan dalam beberapa tahun ini. Mereka sangat kejam," ucap Hodgson.
"Mereka mengivestasikan banyak uang pada proyek MotoGP."
"Kenyataannya: mereka terus berkembang, membuat kemajuan, tetapi sayangnya ada satu pabrikan, Ducati, yang membuat langkah lebih besar."
"Itu adalah satu-satunya alasan mengapa KTM kesulitan."
"Kalau saja pada musim 2024 Ducati ada dalam level yang masih sama dengan musim 2023, mungkin KTM masih akan bisa bersaing di depan."
"Saya sendiri tidak merasa Guidotti melakukan kesalahan, tetapi kan seseorang harus bertanggung jawab."
"Hanya pabrikan yang bisa menang dan kita akan selalu melihat ke sekeliling, mencari jawaban. Tapi memecat manajer tim bukanlah jawaban tepat," tandas juara dunia WSBK 2003 itu.
Adapun Guidotti sendiri, setelah dipecat dari KTM, ingin segera bergerak maju dan memutuskan ingin hiatus dari arena MotoGP.
"Peluang paling realistis sebenarnya tidak ada hubungannya dengan MotoGP. Saya harus memulai proyek yang benar-benar baru," ucap adik kepala kru kawakan, Giacomo Guidotti, itu.
Baca Juga: Musim Belum Mulai, Pembalap Termuda MotoGP 2025 Sudah Rasakan Tekanan Jadi Pengganti Marc Marquez
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Paddock-GP.com, Crash.net, Speedweek.com |
Komentar