Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Indonesia dilarang jemawa dengan status juara bertahan pada Thomas-Uber Cup 2022. Namun, tidak ada salahnya melihat kembali kesuksesan.
Situasi Indonesia pada Thomas-Uber Cup tidak bisa dibilang bagus, setidaknya sampai tahun lalu.
Indonesia memang menjadi negara tersukses pada Thomas Cup dengan raihan 13 gelar juara tetapi tak ada trofi yang diraih sejak 2002 dan 19 tahun berikutnya.
Tahun lalu pun ekpekstasi akan gelar ke-14 sempat turun menyusul hasil kurang memuaskan pada Sudirman Cup yang dihelat sepekan sebelumnya.
Pemain utama seperti Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie, dan pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo justru terjebak dalam tren negatif.
Indonesia hampir terjungkal saat tertinggal 1-2 dari Thailand pada babak penyisihan grup. Untungnya, tim bangkit tepat ketika hasil bagus diperlukan.
Setelah mengalahkan Thailand secara dramatis dengan skor 3-2, Anthony dkk. memastikan posisi juara grup dengan mengalahkan tim kuat Taiwan dengan skor serupa.
Moral tim makin meningkat setelah menyingkirkan musuh bebuyutan, Malaysia, dengan skor 3-0 pada perempat final.
Kemenangan atas Malaysia menghapus luka tim Indonesia setelah disingkirkan negara yang sama pada Sudirman Cup 2021.
Baca Juga: Thomas - Uber Cup 2022 - Jonatan Christie Pede Tim Indonesia Pertahankan Gelar Juara
Pada semifinal Indonesia sempat direpotkan tim tuan rumah, Denmark, yang punya kekuatan besar di sektor tunggal, kebalikan dengan Indonesia.
Akan tetapi, kemenangan mampu diamankan Indonesia pada partai keempat dengan skor yang cukup meyakinkan 3-1.
Dalam Badminton Unlimited Episode 434 (tautan), tim Thomas Indonesia melihat kembali keberhasilan mengakhiri penantian panjang pada tahun lalu.
Berikut nukilan kenangan pemain pada pertandingan final melawan juara bertahan, China.
1. Anthony Sinisuka Ginting vs Lu Guang Zu: 18-21, 21-14, 21-16
China membuat keputusan mengejutkan saat menurunkan Lu Guang Zu sebagai pemain tunggal pertama alih-alih Shi Yu Qi yang tak pernah kalah dari Anthony.
Namun, Lu Guang Zu di luar dugaan memberi perlawanan sengit kepada Anthony hingga merebut gim pertama dengan skor 18-21.
"Lu Guang Zu dan pemain dari China, kami kenal, kami tahu. Mereka punya pemain bagus dari segi fisik dan teknik. Jadi satu hal yang saya siapin, saya harus siap lebih capek aja," kata Anthony.
"Jujur di gim pertama cukup nervous. Kayak main only smashing and smashing. Waktu di gim kedua coba lebih rileks, calm down, baru bisa lebih mengembangkan pola main. Coach bilang it's okay. Coba lagi aja."
Baca Juga: Thomas Cup 2022 – Ikhtiar Pertahankan Gelar, Skuad Indonesia Semangat Lahap Latihan Perdana
Pelatih tunggal putra, Irwansyah, yang mendampingi dari sisi lapangan menjelaskan pentingnya menjaga pemain tetap rileks di lapangan.
"Satu-satu gitu. Jangan berpikiran yang jauh banget dulu supaya mereka lebih rileks. Dan di final setiap mereka melihat saya, saya bilang bagus (memberi jempol), it's okay," ujar Irwansyah.
Anthony akhirnya bangkit pada gim kedua dengan menang 21-14. Pada gim penentuan dia memastikan poin pertama Indonesia dengan skor 21-16.
"Sebisa mungkin saya jangan kalah (tertawa) karena ini final kita gak tahu juga. Tugas saya di tim untuk bermain saat itu bisa terselesaikan dengan baik. Saya menyumbang poin apalagi di final match, rasanya seneng dan wah, lepas sekali," ucap Anthony.
2. Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto vs He Ji Ting/Zhou Hao Dong: 21-12, 21-19
Kedua negara tidak menurunkan pasangan terbaik mereka pada partai kedua yang mempertemukan ganda putra pertama.
China memang tidak membawa Duo Menara, Li Jun Hui/Liu Yu Chen, pada Sudirman Cup dan Thomas Cup walau baru saja merebut medali perak pada Olimpiade Tokyo 2020.
Adapun Indonesia sejatinya membawa pasangan nomor satu, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.
Namun, pelati kepala ganda putra, Herry Iman Pierngadi, punya alasan untuk mempercayakan partai ganda pertama kepada pasangan lain.
Baca Juga: Lee Chong Wei Sebut China Masih Dinding yang Kokoh pada Thomas Cup 2022
"Kalau menurut Gideon, mereka siap, tetapi kalau melihat dari bahasa tubuh, dia sudah lelah, jadi saya punya pemikiran untuk istirahatin dia. Kalau dia istirahat kan otomatis Fajar/Rian yang harus main," ungkap Herry.
Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto tidak menyia-nyiakan kepercayaan dari pelatih untuk tampil pada partai penting.
"Kalau menurut saya sih ya pelatih luar biasa. Maksudnya dia bisa yakin kita yang dimainkan di ganda pertama padahal di atas kita masih ada ranking satu dan ranking dua (Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan)," tutur Fajar.
Fajar/Rian membawa Indonesia unggul 2-0. Soal pertandingan pemenang medali Asian Games dan Kejuaraan Dunia tidak menduga bisa menang dengan relatif mudah.
"Di partai final itu saya lihat malah mereka yang tertekan jadi kitanya main nothing to lose, enjoy. Istilahnya kami di bawah mereka saat itu walaupun mereka pasangan baru tapi kami tidak terlalu memikirkan jadi mainnya enjoy," kata Rian.
Mengamankan poin pada panggung sebesar final Thomas Cup memberi kelegaan besar kepada pasangan dengan akronim Fajri tersebut.
"Saya rasanya plong. Ini final Thomas Cup dan bisa nyumbang poin meskipun tim Indonesia belum juara masih ada partai-partai lain setidaknya tugas kami sudah selesai. Tugas bermain ya, tugas suporter masih ada," kata Fajar.
3. Jonatan Christie vs Li Shi Feng: 21-14, 18-21, 21-14
Kemenangan Fajar/Rian memberi Jonatan Christie kesempatan untuk mengunci kemenangan Indonesia.
Baca Juga: Jadwal Siaran Langsung Tim Indonesia pada Piala Thomas dan Uber 2022
Jonatan menghadapi partai final dengan kepercayaan diri walau dia berusaha menahannya agar tidak memengaruhi permainannya di lapangan.
"Setelah kami menang melawan Denmark, saya merasa kami cukup confidence untuk kita bisa meraih gelar juara, tetapi saya coba untuk menahan rasa itu agar tidak terlalu berlebih," kata Jonatan.
"Ternyata Shi Yu Qi dan Lu Guang Zu harus main pertama. Dan setelah tahu Lu Guang Zu yang main pertama, confidence saya lebih naik lagi."
Jonatan sendiri dipaksa bertanding hingga rubber game. Namun, juara Asian Games tersebut menolak dianggap panik.
"Sebelum match ketiga tidak ada kepanikan, balik lagi, saya berpikir now or never. Jadi saya menganggap poin 0-0 lagi, Indonesia tidak leading 2-0, tapi saya berpikir bagaimana cara membuat diri saya terkontrol lagi," ujar Jonatan.
Jonatan menguasai gim ketiga. Upaya netting dari Li pada kedudukan 19-13 dibalas dengan galak oleh Jonatan. Championship point, 20-13 untuk Jonatan.
Pada titik itu para pemain Indonesia sudah beranjak dari bangku untuk bersiap-siap merayakan pesta juara.
"Saya gak pernah berpikir satu poin lagi kami bisa bawa pulang Piala Thomas dan itu bukan mimpi saya, tetapi mimpi seluruh tim dan masyarakat Indonesia pastinya," aku Jonatan.
Jonatan akhirnya mampu memastikan kemenangan. Dia pun segera diserbu oleh rekan-rekan setimnya.
Pemain ganda putra, Daniel Marthin, yang seharusnya tampil pada partai keempat paling pertama mendatangi Jonatan tetapi terpeleset.
"Sebenarnya ada Daniel duluan, cuma Daniel lepas jadi saya duluan (tertawa)," kata Anthony yang akhirnya digendong oleh Jonatan.
Herry IP yang menjadi salah satu figur paling senior di tim Thomas Indonesia tidak ketinggalan.
Pria yang sudah dua dekade lebih menangani skuad ganda putra Indonesia akhirnya bisa merasakan kembali manisnya juara setelah sekian lama.
"Ikut, ikut. Surprise 19 tahun gak pernah megang lagi, kan baru megang lagi piala itu," ujar sosok berjuluk Naga Api itu.
Akhir dari dahaga trofi Thomas Cup juga dialami oleh pasangan ganda putra veteran Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Rasa penasaran keduanya akan raihan gelar piala dunia-nya bulu tangkis tersebut telah terpuaskan.
"Pasti terharu ya, terharu, bangga, seneng campur aduk karena saya sudah lama main di Thomas Cup dan baru bisa dapet," kata Ahsan.
"Udah lama kan kita ngejar-ngejar Thomas, tapi gak mau pulang Thomasnya," sambung Hendra yang bergabung ke pelatnas tepat pada awal masa paceklik gelar Indonesia.
"Akhirnya pulang kali ini," tandasnya.
Baca Juga: Update Peringkat Dunia BWF - Juara Asia, Pram/Yere Raih Peringkat Tertinggi Sepanjang Karier