Musim berikutnya, Romario yang baru menjalani musim perdananya bersama Barcelona, langsung meraih gelar pichichi dengan 30 gol. Adapun Bebeto ketika itu cuma menceploskan 16 gol.
Persaingan ini berlanjut ke timnas dan dibumbui dengan julukan Bayi Cengeng yang dilekatkan Romario pada Bebeto karena dianggapnya terlalu sering protes ke wasit.
Berita-berita yang beredar kala itu juga menyebut soal konferensi pers yang dilakukan Romario untuk mengumumkan bahwa dia tak sudi duduk bersebelahan dengan Bebeto di pesawat menuju AS. Tapi, rivalitas itu sama sekali tak terlihat di PD 1994.
"Romario dan Bebeto adalah kombinasi sempurna," kata pelatih Carlos Alberto Parreira ketika itu sebagaimana dilansir BolaSport.com dari New York Times.
"Mereka sama-sama pemain yang punya skill hebat, pemain luar biasa. Mereka adalah matador, pembunuh di dalam area penalti," tutur sang pelatih.
Lompat ke 2002, kualitas pembunuh ini terlihat dari keberhasilan Brasil menjadi tim tersubur di fase grup bersama Jerman dengan torehan 11 gol.
Lini ofensif Selecao ketika itu memang mengerikan berkat nama-nama seperti Ronaldo - Ronaldo Kucung alias Ronaldo asli, tentu saja - Rivaldo, dan Ronaldinho.
Mereka inilah tipe pemain yang bisa membuat talenta hebat seperti Juninho hingga Kaka duduk manis di bangku cadangan.
(Baca Juga: Gagal Penalti, Lionel Messi Mengaku Bertanggung Jawab atas Hasil Imbang Argentina)
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar