"Anda tidak bisa dan jangan bayangkan jeritan seperti apa itu. Saya merinding bahkan sampai hari ini."
"Dia terus bermain sepak bola, mencetak gol dan menunjuk ke langit, mendedikasikannya untuk ayahnya," kata Zanetti kepada Tutto Mercato.
"Sejak saat itu, (Massimo) Moratti dan saya memutuskan untuk membimbingnya seperti adik sendiri dan melindunginya," ucap Zanetti lagi.
Sayangnya, dukungan morel yang diberikan rekan-rekan tak dapat mengeluarkan Adriano dari jurang depresi sebab kematian ayahnya.
Periode buruk Adriano di Inter terjadi dari 2005 hingga 2007. Depresi telah membuatnya menenggak minuman keras dan menjadi seorang pencandu alkohol.
Tak ada jalan keluar bagi sang bomber dari hal tersebut. Adriano pun kehilangan sentuhan magisnya di depan gawang.
Baca Juga: Jawaban Songong Kompatriot Lionel Messi saat Ditanya soal Masa Depan di PSG
"Kematian ayah saya meninggalkan kekosongan besar dalam diri saya," kata Adriano kepada majalah Brasil R7 pada 2018, dikutip BolaSport.com dari Sportbible.
"Saya sendirian, sedih dan tertekan di Italia dan saat itulah saya mulai minum."
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Thesun.co.uk, Marca.com, Sportbible.com, Inter.it, Tuttomercato.com |
Komentar