Ketika Pedrosa menghadapi keraguan dengan masa depannya, Quartararo sedang berada dalam momentum untuk bangkit dari keterpurukan.
Quartararo melihat titik terang setelah perjalanan karier yang tidak mudah di kelas pra-MotoGP yaitu Moto3 (2015-2016) dan Moto2 (2017-2018).
Putra mantan pembalap, Etienne Quartararo, itu terbebani dengan ekspektasi sebagai "Titisan Marc Marquez" karena keberhasilan mendominasi kompetisi junior.
Tahun 2018 pun tidak berjalan mudah bagi Quartararo. Akan tetapi, di titik terbawah ini dia mendapat semangat untuk berubah.
Hasil buruk saat cuma bisa start dari posisi ke-28 pada GP Argentina (8/4/2018) memantik kembali api yang hampir padam dalam diri Quartararo.
"Itu adalah balapan yang membuat saya berubah. Saya akan bilang itu memori yang hebat karena saya bisa menertawakannya sekarang," kenang El Diablo.
Dua bulan sesudahnya Quartararo mencetak kemenangan grand prix pertamanya di Catalunya (17/6/2018) diikuti podium pada seri berikutnya di Belanda (1/7/2018).
Kesuksesan Quartararo di Yamaha pun tidak terlepas dari determinasinya yang terjaga karena terjauhkan dari sorotan yang tidak diinginkan.
Yamaha menghadapi situasi yang mirip dengan Speed Up, tim terakhir yang diperkuat Quartararo di Moto2, karena tidak dianggap sebagai tim dengan motor terbaik di kelasnya.
Baca Juga: Dani Pedrosa Jagokan Trio Ducati pada MotoGP 2023, Marc Marquez Dilupakan?
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar