Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jangan Main-main sama Orang Surabaya

By Persiana Galih - Kamis, 15 Maret 2018 | 22:29 WIB
Pelatih Pacific Cesar, Kencana Wungu (dua dari kiri), Direktur IBL, Hasan Gozali (tengah) dan asisten pelatih Stapac Jakarta, Antonius Ferry Reinaldo pada acara jumpa awak media, Kamis (8/3/2018) di Surabaya. (TB KUMARA/BOLASPORT.COM)

Pertandingan pertama berlangsung alot. Wasit dalam partai yang dimenangi Stapac dengan 77-69 itu dihujani protes dari para pebasket Pacific.

Mereka menganggap keputusan wasit kerap menguntungkan Stapac.

Tapi Pacific punya kesempatan kedua. Kans untuk lolos menuju babak semifinal play-off masih terbuka lebar. Sayangnya, ia tak memanfaatkan kesempatan itu.

Beberapa menit sebelum pertandingan kedua digelar pada Sabtu (10/3), para pebasket Pacific belum juga unjuk diri di arena pertarungan. Sementara lawan mereka sudah melakukan pemanasan.

Bahkan, saat nama orang-orang Pacific dipanggil untuk menerima penghargaan Pemain Asing Terbaik (Best Foreign Player of The Year), Pemain dengan Perkembangan Terbaik (Best Improve Player of The Year), dan pelatih terbaik (Best Coach of The Year), mereka sama sekali bergeming.

(Baca juga: Butuh Rp 800 Juta untuk Gelar Semusim Kompetisi Srikandi Cup)

Lantas di mana orang-orang Pacific waktu itu? Mereka diam di restoran Pizza Hut, yang masih berada dalam satu area dengan GOR DBL Arena, Surabaya.

Mereka masih menunggu keputusan IBL untuk memainkan salah satu pemain asing Pacific, Anton Waters, yang terganjal hukuman sehingga tak boleh tampil di laga kedua.

Waters dihukum lantaran mendapat satu unsportsmanlike foul dan satu technical foul pada pertandingan pertama.

Dalam aturan Federasi Bola Bakset Internasiolanl (FIBA) 2017, seorang pemain dilarang tampil dalam satu pertandingan jika mendapat ganjaran tersebut.