Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Menangisi Salah Sambil Mencaci Karius adalah Perilaku Standar Ganda

By Kautsar Restu Yuda - Senin, 28 Mei 2018 | 11:08 WIB
Dua pemain Liverpool, Mohamed Salah dan Loris Karius, menangis pada laga final Liga Champions melawan Real Madrid, di NSC Olimpiyskiy, Stadium, Kyiv, 26 Mei 2018 (DIMAS KEN/BOLASPORT.COM)

Jika ada yang bersimpati pada Salah karena kisahnya yang berhasil membuktikan bahwa kegagalannya di Liga Inggris sebelumnya mampu ia tebus, Karius sejatinya juga punya kisah yang hampir serupa.

Salah gagal bersinar bersama Chelsea pada medio 2014 hingga dipinjamkan ke Fiorentina dan AS Roma, sebelum kemudian dijual permanen ke AS Roma.

Bersama AS Roma karier Salah membaik dan membuat Liverpool membelinya.

(Baca Juga: Pembagian Pot Unggulan Liga Champions Musim Depan, Liverpool dan AS Roma Masih Bergantung pada Nasib Klub Lain)

Pun dengan Karius, yang pernah berbergabung dengan tim kelompok usia Manchester City pada 2009 atau kala berusia 16 tahun.

Saat promosi ke tim cadangan Man City (2010), Karius gagal bersaing hingga dipinjamkan ke Mainz, sebelum statusnya dibuat permanen pada 2012 oleh klub Liga Jerman tersebut.

Bersama Mainz, Karius terlahir kembali dan menarik minat Juergen Klopp untuk merekrutnya.

Catatan Salah mungkin lebih mentereng karena ia menjadi penyerang dengan berbagai rekor gol, sementara Karius, meski tampil baik, statistik penampilannya tidak semewah kiper lain.

Hal ini sejatinya konsekuensi dari gaya bermain yang diterapkan Klopp.

Tanpa bermaksud mengerdilkan kemampuan Salah, pemain asal Mesir ini terbantu oleh gaya bermain menyerang Liverpool.