(Baca juga: Pantas Jasad-jasad 'Abadi' para Pendaki Everest Terlihat Memilukan, Ternyata 13 Hal Ini Yang Terjadi)
Maka ia tergolong pada kategori atlet wanita yang jenis kelaminnya yang sebenarnya, diragukan.
Sepanjang masa apabila muncul seorang atlet wanita yang prestasinya dibidang olahraga sangat menonjol, jauh melebihi kemampuan atlet wanita lainnya, dan apabila perawakan, gaya, dan dadanya agak berlainan dengan atlet-atlet wanita saingannya, selalu ada saja orang yang menaruh keragu-raguan apakah bintang lapangan itu sungguh seorang wanita tulen.
Kalau di waktu-waktu yang lampau keragu-raguan dan kecurigaan itu samar-samar maka pada waktu belakangan ini kecurigaan tersebut lebih kuat dan lebih beralasan, karena khususnya dalam cabang olahraga atletik untuk kejuaraan-kejuaraan besar, seperti kedjuaraan Eropa, Asian Games atau pesta Olimpik, atlet-atlet wanita diharuskan menjalani penelitian atas jenis kelaminnya.
Pada tahun 1936 dalam Olympic di Berlin ada dua atlet yang prestasinya sangat menonjol diatas para Saingannya.
(Baca juga: Kepribadian Seseorang Bisa Dilihat dari Bentuk Jempolnya, Yuk Dicek!)
Helen Stephens dari Amerika Serikat menang dalam 100 meter dalam waktu rekor dunia, 11,5 detik. Dalam perlombaan lempar cakram atlet Jerman Gisela Mauermeyer, menang pula dengan jarak rekor dunia, 47.63 m.
Helen Stephens membuat rekor dunia 11.4 detik, yang baru 6 tahun kemudian disamai oleh Fanny Blankers-Koen dari Nederland. Helen Stephens berperawakan tinggi, kurus, suaranya rendah, tidak memiliki kelembutan wanita sedikitpun.
Gaya larinya serupa dengan seorang laki-laki. Gisela Mauermeyer orangnya tinggi besar, bergaya seperti seorang pria, seperti Helen Stephens juga berdada seperti pria.
Namun kesemuanya itu tidak memberikan dasar yang cukup kuat untuk meragukan ketulenan kewanitaannya, dan sampai kini rekor dunia kedua atlet itu masih tetap diakui.
Editor | : | |
Sumber | : | INTISARI-ONLINE.COM |
Komentar