“FIFA pun terus bekerja sama dengan organisasi pekerja internasional untuk memonitor situasi. Akomodasi para pekerja dicek reguler untuk memastikan mereka hidup layak.”
“Ini proses yang lama, apalagi untuk menyamai level beberapa negara lain. Namun, Qatar bisa menjadi inspirasi bagi semua negara,” ujar Samoura.
3. Klaim palsu netralitas karbon
Bukan cuma dari aspek hak asasi manusia, Piala Dunia 2022 juga mengundang protes dari pemerhati lingkungan hidup.
Protes ini terkait dari klaim Qatar bahwa edisi 2022 adalah Piala Dunia yang sudah netral karbon.
Netral karbon adalah upaya mengurangi emisi karbon dioksida yang dihasilkan dan menyebabkan efek gas rumah kaca yang berpengaruh ke pemanasan global.
Sebelumnya, pihak FIFA dan panitia pelaksana mengklaim bahwa total emisi Piala Dunia 2022 mencapai 3,6 juta metric ton.
Hanya saja, riset yang dilakukan Carbon Market Watch dan Greenly, dua lembaga lingkungan hidup, membantah klaim ini.
Riset yang mereka lakukan menunjukkan total emisi yang dihasilkan Piala Dunia 2022 mencapai 6 juta ton.
Salah satu penyebab klaim Qatar ini lemah adalah karena pihak mereka terindikasi tidak memperhitungkan efek pembangunan stadion baru dan infrastrukturnya.
Editor | : | Ade Jayadireja |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar